Published On:Rabu, 16 Januari 2013
Posted by azhar lizaraju
LAPORAN rANCANGA (BAB 1-2) PERENCANAAN DAN PENGUJIAN JALAN RAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud dan Tujuan
Jalan raya adalah suatu lintasan
yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Lintasan menyangkut jalur tanah yang diperkuat (diperkeras) dan jalur tanah
tanpa perkerasan. Lalu lintas menyangkut semua benda dan makhluk yang melewati
jalan tersebut, naik kendaraan ataupun kendaraan tak bermotor seperti sepeda
maupun manusia (Djamal Abdat, 1981).
Jalan raya dimaksud adalah termasuk
jalan biasa, dibangun dengan syarat-syarat tertentu hingga dapat dilalui oleh kendaraan (lalu lintas). Lalu lintas yang dimaksud di
sini adalah kendaraan yang menggunakan roda dan berkecepatan tinggi.
Syarat-syarat yang diperlukan oleh jalan raya terutama
adalah:
a.
Permukaan
yang rata dengan maksud agar lalu lintas dapat berjalan dengan lancar;
b.
Mampu
memikul berat kendaraan beserta beban
yang ada di atasnya;
c. Dapat dilalui dengan kecepatan tinggi, hingga jalan tidak
tergusur, berserakan dan sebagainya.
Pada dasarnya, perencanaan konstruksi jalan raya terdiri
dari beberapa bagian besar. Bagian-bagian tersebut adalah Perencanaan Geometrik
Jalan, Perencanaan Perkerasan (Material) Jalan dan Perencanaan dalam
Pembangunan serta Administrasinya.
a.
Perencanaan
Geometrik Jalan terdiri dari ukuran-ukuran jalan serta bentuk-bentuk lintasan
yang diperlukan. Ukuran-ukuran tersebut mencakup lebar bagian-bagian jalan dan
fasilitasnya yang dikaitkan dengan kendaraan dan kelincahan geraknya, tinggi mata pengemudi, rintangan
dan sebagainya. Bentuk permukaan dan lintasan dikaitkan dengan keamanan jalan
dan lalu lintas. Oleh karena jalan tidak mungkin dibangun lurus dan horizontal,
maka akan ada perubahan-perubahan mendatar (tikungan) maupun vertikal
(tanjakan). Dan bagi keamanan konstruksi jalan, maka pada dasarnya permukaan
jalan dibuat sedemikian rupa air tidak mudah meresap ke badan jalan;
b.
Perencanaan
Perkerasan/Material Jalan
Perkerasan
adalah lapisan jalan di atas permukaan tanah yang diperlukan untuk memenuhi
syarat-syarat utama jalan yaitu permukaan jalan yang mampu memikul berat
kendaraan dan dapat dilalui dengan kecepatan tinggi. Perkerasan ini dibuat dari
material-material alam. Pada dasarnya peranan material yang digunakan tersebut
juga memerlukan pengetahuan tersendiri,
kadang kala jenis/susunan material perkerasan yang digunakan tidak sama untuk
semua jenis jalan dan pada lokasi yang tidak sama;
c. Perencanaan
Pembangunan dan Administrasi Jalan Raya
Pelaksanaan
pembangunan jalan sangat memerlukan keterampilan tersendiri sesuai dengan jenis
jalan dan kemudahan yang ada, baik dari segi material, tenaga (ahli), peralatan
dan waktu sehingga dalam semua proses tersebut diperlukan suatu administrasi
tersendiri.
Akhirnya sebagai sarana transportasi
jalan raya juga merupakan sarana pembangunan dan membantu pengembangan
pembangunan wilayah yang penting, maka lalu lintas di atas jalan raya harus
bergerak dengan lancar dan aman sehingga pengangkutan berjalan dengan cepat, aman, nyaman, tepat,
efisien dan ekonomis. Untuk jalan raya harus memenuhi syarat-syarat teknis dan
ekonomis menurut fungsinya dan volume serta sifat-sifat lalu lintas.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1
Ruang Lingkup Tugas yang Dilakukan
Dalam tugas rencana ini, perhitungan dilakukan terdiri
dari beberapa tinjauan. Peninjauan ini meliputi penentuan lintasan, alinyemen
horizontal dan vertikal, volume galian dan timbunan serta tebal perkerasan.
2.1.1 Trase
Rencana/Penentuan Lintasan
Berdasarkan peta topografi yang disediakan, di mana titik
asal (origin) dan tujuan (destination) telah ditentukan, dilakukan pencarian
lintasan.
Langkah awal adalah memperhatikan situasi medan, contour
tersebut terus ditelusuri untuk mencari lintasan yang sesuai dengan PPGJR
(Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya) no. 13 Tahun 1970 serta
ketentuan-ketentuan lain yang diberlakukan dalam tugas perencanaan ini.
2.1.2 Merencanakan
Alinyemen Horizontal
Perencanaan alinyemen horizontal merupakan perencanaan
tikungan lengkap dengan komponen-komponennya. Bentuk tikungan dalam perencanaan
ini meliputi Spiral-Circle-Spiral (S-C-S) dan lingkaran penuh (Full Circle).
2.1.3 Merencanakan
Alinyemen Vertikal
Alinyemen vertikal merupakan lintasan jalan, pada
lintasan ini terlihat lengkung vertikal dan besarnya tanjakan serta dalamnya
galian dan timbunan.
Perencanaan
alinyemen vertikal ini didasarkan pada beberapa syarat, yaitu syarat keamanan,
kenyamanan, dan drainase untuk masing-masing beda kelandaian yang ada.
2.2 Gambaran
Umum Perencanaan Jalan
Dalam
merencanakan suatu jalan raya diinginkan pekerjaan yang relatif mudah dengan
menghindari pekerjaan galian dan timbunan (fill) yang besar. Di lain pihak
kendaraan yang beroperasi di jalan raya menginginkan jalan yang relatif lurus,
tidak ada tanjakan atau turunan. Keinginan ini sangat sulit kita jumpai,
keadaan permukaan bumi relatif tidak datar, yang banyak kita jumpai adalah
bukit, lembah, sungai dan kesukaran-kesukaran medan lainnya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi suatu perencanaan geometrik jalan raya adalah :
-
Kelas
Jalan
-
Kecepatan
Rencana
-
Standar
Perencanaan
-
Penampang
Melintang
-
Volume
Lalu Lintas
-
Keadaan
Topografi
-
Alinyemen
Horizontal
-
Alinyemen
Vertikal
-
Bentuk
Tikungan
2.2.1 Kelas Jalan
Jalan
dibagi dalam kelas-kelas yang penempatannya didasarkan pada fungsinya juga
dipertimbangkan pada besarnya volume serta sifat lalu lintas yang diharapkan
akan menggunakan jalan yang bersangkutan. Klasifikasi jalan diperlihatkan pada
Tabel 2.1.
2.2.2 Volume Lalu
lintas
Volume
lalu lintas dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP) yang besarnya
menunjukkan jumlah lalu lintas harian rata-rata (LHR) untuk kedua jurusan.
Dalam
penelitian lapangan terhadap jalan yang akan mempermudah dalam perencanaan
jalan raya, volume lalu lintas harian rat-rata dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel
2.1 Klasifikasi Jalan Berdasarkan
Volume Lalu Lintas
Klasifikasi Jalan
|
Lalu lintas harian rata-rata (LHR)
dalam SMP
|
|
Fungsi
|
Kelas
|
|
Utama
|
I
II A
II B
II C
|
> 20.000
6.000 – 20.000
1.500 – 8.000
< 20.000
|
Penghubung
|
III
|
-
|
2.2.3 Kecepatan
Rencana
Kecepatan
rencana adalah kecepatan maksimum yang diizinkan pada jalan yang akan
direncanakan sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi pemakai jalan tersebut.
Dalam hal ini kecepatan rencana harus disesuaikan dengan tipe jalan yang
direncanakan.
2.2.4 Keadaan
Topografi
Untuk
memperkecil biaya pembangunan, maka suatu standar perlu disesuaikan dengan keadaan
topografi. Dalam hal ini jenis medan dibagi dalam tiga golongan umum yang
dibedakan menurut besarnya lereng melintang dalam arah kurang lebih tegak lurus
sumbu jalan.
Tabel
2.2 Besarnya Lereng Melintang
Berdasarkan Golongan Medan
Golongan Medan
|
Lereng Melintang
|
Datar (D)
Perbukitan (B)
Pegunungan (G)
|
0 – 9,9 %
10 – 24,9 %
> 25 %
|
Adapun
pengaruh keadaan medan terhadap perencanaan
suatu jalan raya meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Tikungan
Jari-jari
tikungan pada perlebaran perkerasan diambil sedemikian rupa sehingga terjamin
keamanan dan kenyamanan jalannya kendaraan dan pandangan bebas harus cukup
luas.
b. Tanjakan
Adanya
tanjakan yang cukup curam dan mengurangi kecepatan kendaraan, dan kalau tenaga
tariknya tidak cukup, maka berat muatan kendaraan harus dikurangi yang berarti
mengurangi kapasitas angkut dan sangat merugikan. Karena itu dalam perencanaan
diusahakan agar tanjakan dibuat dengan kelandaian sekecil mungkin.
2.2.5 Kriteria
Perencanaan
Dalam
suatu perencanaan jalan raya, diperlukan suatu standar perencanaan geometrik jalan tersebut. Jalan
yang direncanakan termasuk dalam jalan kelas III dengan data-data sebagai
berikut:
a.
Klasifikasi
Jalan :
Kelas III
b.
Kecepatan
Rencana :
60 km/ jam
c.
Lebar
Perkerasan :
2
x 3,75 m
d.
Lebar
Bahu Jalan :
2 x 1,5 m
e.
Kemiringan
melintang perkerasan :
2 %
f.
Kemiringan
melintang bahu jalan :
4 %
g.
Miring
longitudinal (memanjang) maksimum :
10 %
h.
Superelevasi
maksimum (e max) :
10 %
i.
Kemiringan
talud :
1 : 2
2.3 Alinyemen
Horizontal
Alinyemen
horizontal adalah garis proyeksi sumbu jalan yang tegak lurus pada bidang peta.
Alinyemen horizontal merupakan trase jalan yang terdiri dari garis lurus yang
berpotongan. Bagian perpotongannya dibuat garis lengkung yang disebut tikungan.
Bagian
yang sangat kritis pada alinyemen horizontal adalah bagian tikungan, di mana
terdapat gaya yang akan melemparkan kendaraan keluar daerah tikungan yang
disebut gaya sentrifugal. Atas dasar itu maka perencanaan tikungan diusahakan
agar dapat memberikan keamanan dan kenyamanan, sehingga perlu dipertimbangkan
hal-hal berikut:
a. Jari-jari
lengkung minimum setiap kecepatan rencana harus diikuti oleh miring miring
maksimum dan koefisien gesekan melintang maksimum yang ada;
b. Lengkung
peralihan adalah lengkung pada tikungan yang dipergunakan untuk mengadakan
peralihan dari bagian lurus ke bagian lengkung atau sebaliknya. Panjang minimum
lengkung peralihan umumnya ditentukan oleh jarak yang diperlukan untuk
perubahan miring tikungan yang tergantung pada besar landai relatif antara
permukaan kedua sisi perkerasan dan bekerjanya gaya sentrifugal;
c. Pelebaran
perkerasan pada tikungan sangat tergantung pada: jari-jari tikungan (R) dan
kecepatan rencana (Vr);
d. Pandangan
bebas pada tikungan
2.4 Alinyemen
Vertikal (Profil Memanjang)
Alinyemen
vertikal adalah proyeksi lintasan jalan pada bidang tegak yang melalui sumbu
jalan atau tegak lurus bidang gambar. Profil ini menggambarkan naik turunnya
permukaan jalan, sekaligus memperlihatkan tinggi rendahnya jalan terhadap muka
tanah asli. Hal itu juga memberikan gambaran terhadap kemampuan kendaraan dalam
keadaan naik dan bermuatan penuh (di mana truk digunakan sebagai kendaraan
standar). Alinyemen vertikal sangat erat hubungannya dengan besar biaya
pembangunan dan biaya penggunaan jalan. Landai maksimum yang dipakai pada
perencanaan ini adalah sebesar 10%.
2.5 Penampang
Melintang
Penampang
melintang jalan adalah pemotongan suatu jalan tegak lurus sumbu jalan, yang
menunjukkan bentuk serta susunan bagian-bagian jalan dalam arah melintang.
Penampang
melintang jalan yang digunakan harus sesuai dengan kelas jalan dan kebutuhan
lalu lintas yang dilayaninya.
a.
Lebar
Perkerasan
Pada umumnya
lebar perkerasan ditentukan berdasarkan lebar jalur lalu lintas normal yang
besarnya adalah 3,75 meter sebagaimana tercantum dalam daftar I PPGJR, kecuali:
- Jalan penghubung dan jalan kelas II C = 3,00 m
- Jalan lalu lintas padat = 3,50 m
- Jalan Utama =
3,75 m
b.
Lebar
Bahu
Untuk
jalan kelas III lebar bahu jalan (berm/shoulder) minimum adalah 1,50 m – 2,50 m
untuk semua jenis medan.
c. Drainase
Drainase
merupakan bagian yang sangat penting pada suatu jalan, seperti saluran tepi,
saluran melintang dan lain-lain, harus direncanakan berdasarkan data hidrologis
setempat seperti intensitas hujan, lamanya frekuensi hujan serta sifat daerah
aliran. Drainase ini harus dapat membebaskan konstruksi akibat pengaruh air.
d. Kebebasan
pada jalan raya
Kebebasan
yang dimaksud adalah keleluasaan pengemudi di jalan raya dengan tidak
menghadapi rintangan. Lebar kebebasan ini merupakan bagian kiri kanan jalan
yang merupakan bagian dari jalan.
2.6 Bentuk Tikungan
Bentuk
tikungan pada suatu jalan raya ditentukan oleh tiga faktor :
a.
Sudut
tangen lintasan jalan yang besarnya dapat diukur langsung pada peta/gambar
situasi;
b.
Kecepatan
rencana, tergantung dari kelas jalan yang akan direncanakan;
c.
Jari-jari
kelengkungan,
Ada
dua jenis tikungan yang biasa digunakan pada jalan raya yaitu:
1.
Full Circle
Bentuk
ini digunakan pada tikungan yang mempunyai jari-jari besar dan sudut tangen
yang relatif kecil.
Rumus
yang digunakan adalah:
Tan 1/2 ∆ = T/R, T
= R tan 1/2 ∆
Es = T Ta ¼ Δ
L = , L = 0,01745.Δ.R
2.
Spiral-Circle-Spiral
Lsmin
= 0,22 x
- 2,727 x
Di mana:
Ls
= panjang
lengkung spiral (meter)
V = kecepatan
rencana (km/jam)
R = jari-jari
circle (meter)
C = perubahan
kecepatan (m/s2)
= 0,4
m/s2
e = superelevasi
Besarsudutspiral :
Besarpusatbusurlingkaran:
Panjanglengkung circle
Lc=
L = 2Ls
+ Lc
P =
K = Ls
Ts =
(R + P) tan ½ Δ + K
Es =
(R + P) Ec ½ βA
- R
Panjang
lengkung peralihan (Ls), menurut Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota, 1997, diambil nilai yang terbesar dari tiga nilai berikut:
(a) Berdasarkan waktu tempuh maksimum (3
detik), untuk melintasi lengkung peralihan, maka panjang lengkung:
Ls =
(b) Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal,
digunakan rumus Modifikasi Shortt, sebagai berikut:
Ls
= 0,022 - 2,727
(c) Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan
kelandaian,
Ls =
di mana:
T = waktu tempuh = 3 detik
Rc = jari-jari busur lingkaran
(m)
C = perubahan percepatan, (
0,3-1,0 disarankan 0,4 m/det3)
e = superelevasi
em = superelevasi maksimum
en = superelevasi normal
Γe = tingkat pencapaian perubahan kelandaian
melintang jalan
Sebagaiberikut :
·
Untuk VR ≤ 70 km/jam ( Γe maks = 0,035 m/m/det )
·
Untuk VR≥ 80 km/jam (Γe maks = 0,025 m/m/det )