Published On:Senin, 14 Januari 2013
Posted by azhar lizaraju
KETULUSAN SEORANG ISTRI
Ketulusan seorang istri untuk mencintai suami
dan anak-anaknya sebuah kehidupan
yang begitu indah karena mampu
melewati semua luka dan derita
sehingga bisa mempertahankan
rumah tangganya, anak-anaknya dan
suami untuk meraih keridhaan Allah
dan kebahagiaan keluarganya. Itulah
perjalanan seorang ibu,
dalamdan anak-anaknya sebuah kehidupan
yang begitu indah karena mampu
melewati semua luka dan derita
sehingga bisa mempertahankan
rumah tangganya, anak-anaknya dan
suami untuk meraih keridhaan Allah
dan kebahagiaan keluarganya. Itulah
perjalanan seorang ibu,
penuturannya berawal dari sebuah
kesuksesan yang diraih suaminya membuat hidup keluarga menjadi lebih baik. Anak-anak yang ke
sekolah jalan kaki menjadi diantar pakai mobil. Rumah yang dulu panas kemudian ada pendingin.
Kebutuhan hidup yang serba sulit menjadi tercukupi bahkan melimpah. ‘Hidup kami
bahagia..’tutur beliau. Dipuncak kariernya sang suami terlihat lebih sayang kepada keluarga.
Sampai kemudian dikejutkan oleh kenyataan pahit datang tanpa disadarinya. Suaminya
meninggalkan rumah dan mengaku telah lama menikah dengan perempuan lain. Hatinya hancur
karena harus banting tulang untuk menghidupi anak-anaknya. ‘Hanya pada Allahlah saya
memohon dan berserah diri..’ ungkap beliau. Sampai batas titik nadir Allah Subhanahu wa Ta’ala
menguji dirinya. Dalam kondisi dengan hati terluka itulah beliau datang ke Rumah Amalia untuk
bershodaqoh dengan harapan mendapatkan keberkahan dari Allah sehingga membuka pintu hati
suaminya.
Beberapa hari kemudian. Tiba-tiba suaminya datang kembali ke rumah bersama anak kecil dari
istri mudanya. Suaminya bercerita bahwa istri mudanya telah meninggal dunia, usahanya
mengalami kebangkrutan dan menjadi pengangguran. Dipeluk suaminya dengan tertumpah
semua air matanya. Didekap erat tubuh suaminya, dia bersedih sekaligus gembira karena
suaminya telah kembali. Air matanya tak terbendung. Seolah penderitaan yang dialami selama ini
tak sebanding dengan penderitaan yang dialami oleh sang suami. “Rumah menjadi ramai karena
anggota keluarga bertambah,” kata beliau. ‘Saya mengajarkan kepada anak-anak bagaimana
membalas kebencian dengan kasih sayang karena begitulah Rasulullah mengajarkan kita, sampai
akhirnya anak-anak saya menerima dengan baik’ tutur sang Ibu terlihat wajahnya yang telah
termakan usia. Setiap hari suaminya pergi mencari nafkah, berangkat pagi sampai pulang malam.
Pada suatu hari suaminya sakit terkena bronchitis dan muntah darah. Sebulan ia merawat
suaminya. Dielus dan dibelai rambut sang suami yang telah memutih dengan senyuman seorang
istri membuatnya sembuh kembali.
“Saya membenci, marah dan kesal. Kasih Sayang Allah menyentuh hati saya agar saya bisa
memaafkan, mengasihi dan menyayangi kepada orang-orang yang telah menyakiti hati saya
bahkan tiada kenal lelah saya berdoa memohon kepada Allah agar saya dan anak-anak diberi
kekuatan untuk bisa bersabar melewati ujian dan cobaan ini. Allah mengabulkan doa saya dan
keluarga kami menjadi penuh kebahagaiaan.’ Ucap beliau dengan air mata yang bercucuran.
Subhnallah…