Published On:Minggu, 18 Desember 2011
Posted by azhar lizaraju
Hukum Mengucapkan Selamat Natal
Saat   ini ada beda pendapat di sebagian  ummat Islam tentang hukum  mengucapkan   Selamat Natal pada Ummat  Kristen yang merayakan hari raya  Natal. Ada   yang tegas menyatakan  haram. Ada pula yang  membolehkannya.
Terhadap  hal itu, hendaknya kita  mengkaji Al  Qur’an dan Hadits yang  Sahih agar  tahu mana pendapat yang  benar, dan  mana yang salah.
“…Dan  tolong-menolonglah kamu  dalam  (mengerjakan) kebajikan  dan takwa, dan  jangan tolong-menolong  dalam  berbuat dosa dan  pelanggaran. Dan  bertakwalah kamu kepada Allah,   sesungguhnya Allah amat  berat  siksa-Nya.” [Al Maa-idah 2]
“Rasulullah     s.a.w. melaknat tentang arak, sepuluh golongan: (1) yang memerasnya,     (2) yang minta diperaskannya, (3) yang meminumnya, (4) yang   membawanya,   (5) yang minta dihantarinya, (6) yang menuangkannya, (7)   yang   menjualnya, (8) yang makan harganya, (9) yang membelinya, (10)   yang   minta dibelikannya.” (Riwayat Tarmizi dan Ibnu Majah)
Dari   Jabir ra bahwasanya  Rasulullah SAW melaknat para pemakan riba,  yang   meberikannya, para  pencatatnya dan saksi-saksinya.” Kemudian beliau    bersabda, “Mereka  semua adalah sama”. (HR. Muslim).
Allah  memerintahkan kita untuk tolong-menolong dalam hal kebaikan.   Sebaliknya Allah melarang keras tolong-menolong dalam hal kejahatan.    Dari hadits tentang riba dan arak kita tahu dosanya mengenai bukan  cuma   pelaku riba atau peminum arak. Tapi siapa pun yang terlibat  termasuk   saksi atau pun yang cuma mengantarkan minuman. Demikian pula  untuk  dosa  lain seperti Syirik.
Nah  kita tahu bahwa pada hari Natal,   ummat Kristen merayakan hari  lahir  Yesus yang mereka anggap Tuhan   mereka. Tuhan Anak! Itu adalah dosa Syirik. Dan Syirik  itu adalah dosa  terbesar yang tidak terampuni. Nah  jika terhadap dosa   yang lebih  kecil seperti Riba dan Minum Arak saja  kita dilarang turut   membantu,  bagaimana dengan mengucapkan “Selamat  Natal” yang merupakan   satu doa  kepada orang yang tengah merayakan  kemusyrikan?
“Wahai  Ahli  Kitab, janganlah kamu  melampaui batas dalam agamamu, dan  janganlah   kamu mengatakan terhadap  Allah kecuali yang benar.  Sesungguhnya Al   Masih, Isa putera Maryam  itu, adalah utusan Allah dan  (yang diciptakan   dengan) kalimat-Nya yang  disampaikan-Nya kepada Maryam,  dan (dengan   tiupan) roh dari-Nya. Maka  berimanlah kamu kepada Allah dan    rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu  mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”,    berhentilah (dari ucapan itu). (Itu)  lebih baik bagimu. Sesungguhnya    Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci  Allah dari mempunyai anak, segala    yang di langit dan di bumi adalah  kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah  menjadi   Pemelihara.” [An Nisaa’ 171]
“Sesungguhnya  kafirlah  orang-orang yang  mengatakan: “Bahwasanya Allah  salah seorang  dari  yang tiga”, padahal  sekali-kali tidak ada Tuhan  selain dari Tuhan   Yang Esa. Jika mereka  tidak berhenti dari apa yang  mereka katakan itu,   pasti orang-orang  yang kafir diantara mereka akan  ditimpa siksaan  yang  pedih.” [Al  Maa-idah 73]
Dalam surat Al Ikhlas ditegaskan:
“Katakanlah: Allah itu Satu
Allah tempat meminta
Dia tidak beranak dan tidak diperanakan
Dan tak ada satu pun yang setara dengannya” [Al Ikhlas 1-4]
Seharusnya   kita memberitahu mereka  bahwa syirik itu dosa. Bukan justru memberi   selamat! Jika kita beri  ucapan selamat, mereka tidak akan sadar dan   terus terjebak dalam  kemusyrikan.
“Sesungguhnya  Allah tidak akan   mengampuni dosa syirik, dan Dia  mengampuni segala  dosa yang selain   dari (syirik) itu, bagi siapa yang  dikehendaki-Nya.  Barangsiapa yang   mempersekutukan Allah, maka sungguh ia  telah berbuat  dosa yang besar.”   [An Nisaa’:48]
“Sesungguhnya  Allah tidak mengampuni  dosa  mempersekutukan (sesuatu)  dengan Dia, dan  Dia mengampuni dosa  yang  selain dari syirik itu bagi  siapa yang  dikehendaki-Nya.  Barangsiapa  yang mempersekutukan (sesuatu)  dengan  Allah, maka  sesungguhnya ia  telah tersesat sejauh-jauhnya.” [An   Nisaa’:116]
Perhatikan   ayat-ayat di atas. Allah  menyatakan bahwa kafirlah Ahli  Kitab yang   menganggap Allah hanyalah 1  dari 3 Tuhan dan Allah  menjanjikan siksaan   yang pedih pada orang-orang  yang musyrik. Adakah  kita ingin turut   mendapat siksa dengan  memberikan ucapan selamat kepada  orang yang   tengah merayakan hari  kelahiran Yesus sebagai Tuhan Anak?  Sebagai   sekutu dari Allah?
Oleh  karena itu keliru jika ada yang   mengharamkan orang menghadiri acara  Natal, tapi justru menghalalkan   menucapkan Selamat Natal. Sesuatu yang  haram itu dosa. Mengucapkan   selamat kepada orang yang berbuat haram juga  dosa. Misalnya orang   mencuri (mencuri lebih ringan dosanya daripada  sirik). Jika kita   mengucapkan Selamat Mencuri, itu juga dosa. Begitu  pula mengucapkan   selamat kepada orang yang tengah berbuat dosa syirik.
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
“Jika   kamu kafir maka sesungguhnya  Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia   tidak meridhai kekafiran bagi  hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur,   niscaya Dia meridhai bagimu  kesyukuranmu itu.” (Qs. Az Zumar [39]: 7)
Sebagaimana   Allah tidak  meridhoi/menyukai kekafiran, hendaknya kita begitu. Bukan   justru  memberi ucapan selamat kepada orang yang merayakan  kekafirannya  dengan  merayakan kelahiran Tuhan dan Juru Selamat mereka.
Syaikhul   Islam Ibnu Taimiyah  rahimahullah berkata, “Allah memberitahukan,  tidak  didapatkan orang  beriman mencintai orang kafir. Siapa yang  mencintai  orang kafir maka  dia bukan seorang mukmin. Menyerupai secara  dzahir bisa  menimbulkan  kecintaan maka diharamkan.”
….Allah   memberitahukan, tidak  didapatkan orang beriman mencintai orang kafir.   Siapa yang mencintai  orang kafir maka dia bukan seorang mukmin.   Menyerupai secara dzahir  bisa menimbulkan kecintaan maka diharamkan….
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Oleh   karena itu kasihan sekali jika ada  presenter Muslim di TV atau   pramuniaga Muslim di Mal-mal yang  mengenakan topi merah Sinterklas saat   Natal. Karena itu berarti mereka  termasuk bagian dari orang-orang   Kristen. Ketahuilah bahwa  akhirat/surga itu lebih baik dan lebih kekal   daripada dunia yang fana  ini.
“Muhammad  itu adalah  utusan Allah dan  orang-orang yang bersama dengan dia adalah  keras  terhadap orang-orang  kafir, tetapi berkasih sayang sesama  mereka…” [Al  Fath 29]
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara  kamu yang murtad   dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan  suatu kaum yang Allah   mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya,  yang bersikap lemah lembut   terhadap orang yang mukmin, yang bersikap  keras terhadap orang-orang   kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan  yang tidak takut kepada celaan   orang yang suka mencela. Itulah karunia  Allah, diberikan-Nya kepada   siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah  Maha Luas (pemberian-Nya), lagi   Maha Mengetahui.” [Al Maa-idah 54]
Larangan menghadiri perayaan hari raya orang kafir
Para   ulama bersepakat, haram menghadiri  perayaan hari raya orang kafir dan   bertasyabuh (menyerupai) acara  mereka. Ini adalah pendapat madzab   Hanafi, Maliki, syafi’i, dan  Hambali. (Lihat Iqtidla’ ash-Shirat   al-Mustaqim, karya Ibnu Taimiyah :  2/425 dan Ahkam Ahlidz Dzimmah,  karya  Ibnul Qayyim 2/227).
Perkataan Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah:
”Adapun  memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus   bagi  orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal, pen) adalah    sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para ulama.
Syaikh   Muhammad bin Shalih Al ’Utsaimin  mengatakan, ”Ucapan selamat hari  natal  atau ucapan selamat lainnya  yang berkaitan dengan agama kepada  orang  kafir adalah haram berdasarkan  kesepakatan para ulama.” [Majmu’  Fatawa  wa Rosail Ibnu ‘Utsaimin,  3/28-29, no. 404, Asy Syamilah.]
Dalam Al-Fiqh Al-Islami, Tasyabuh dilarang berdasarkan alasan yang cukup banyak:
1.  Tidak menumpang pada kapal yang digunakan orang kafir untuk menghadiri perayaan hari raya mereka.
Imam   Malik rahimahullah berkata;  “dimakruhkan menumpang kapal orang kafir   yang dijalankan sebagai alat  transportasi untuk menghadiri perayaan  hari  raya mereka, karena laknat  dan kemurkaan Allah turun kepada  mereka.”  (dalam Al-Luma’ Fi  al-Hawadits wa al-Bida’1/392).
Ibnul   Qasim pernah ditanya tentang  menumpang kapal yang dijalankan orang   Nashrani untuk menghadiri  perayaan hari raya mereka, maka beliau   membenci hal itu karena khawatir  akan turun murka kepada mereka   disebabkan kesyirikan yang mereka  lakukan. (lihat Al-Iqtidla: 2/625).
Ibn   al-Qayyim pernah menyampaikan bila  pemberian ucapan “Selamat  Natal”   atau mengucapkan “Happy Christmas”  kepada orang-orang Kafir  hukumnya   haram.
Sebagaimana  dinukil dari Ibn al-Qayyim  rahimahullah di  dalam kitabnya  “Ahkâm Ahl  adz-Dzimmah”, beliau  berkata, “Adapun  mengucapkan selamat  berkenaan  dengan syi’ar-syi’ar  kekufuran yang  khusus bagi mereka adalah  haram  menurut kesepakatan  para ulama.
Alasan   Ibu al-Qayyim, menyatakan haram  ucapan selamat kepada  orang-orang  Kafir  berkenaan dengan perayaan  hari-hari besar keagamaan  mereka  karena hal  itu mengandung persetujuan  terhadap syi’ar-syi’ar   kekufuran yang mereka  lakukan.
Sikap  ini juga sama pernah  disampaikan  oleh Syaikh Muhammad bin  Shalih  al-‘Utsaimin sebagaimana  dikutip dalam  Majmû’ Fatâwa Fadlîlah   asy-Syaikh Muhammad bin Shâlih  al-‘Utsaimîn, (  Jilid.III, h.44-46,   No.403).
Mungkin  ada yang  berkata, “Masak   mengucapkan Selamat  Natal saja haram?” Menurut  kita  mungkin kecil.  Tapi  di sisi Allah  ucapan yang sesat itu besar   dosanya. Coba lihat:
“Mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak.”
Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar,
hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh” [Maryam 88-90]
Jangankan mengucapkan Selamat Natal, mengucapkan salam biasa saja kepada Non Muslim kita dilarang:
Rasulullah SAW bersabda:”Jangan kalian mendahului mengucapkan salam kepada orang Yahudi atau Nashrani” (HR. Muslim).
Apabila   orang Non Muslim memulai  mengucapkan salam, maka jawaban yang    diperkenankan oleh syari’at  adalah:”Wa ‘alaikum!” (Semoga anda juga).    Itu saja, tidak usah  diperpanjang lagi. Rasulullah SAW    menasihatkan:”Jika orang-orang Ahli  Kitab (Non Muslim) memberi salam    kepada kamu, maka jawablah:”Wa  ‘alaikum” (HR. Bukhary dan Muslim).
Salam   adalah do’a seorang Muslim kepada  saudaranya seiman. Kita tidak  bisa   mengucapkan doa Selamat kepada  orang yang kafir/musyrik karena  jika   mereka tak tobat, siksa Allah  sudah jelas menunggu mereka.
”Sesungguhnya   kamu tidak akan dapat  memberi petunjuk kepada orang  yang kamu  kasihi,  tetapi Allah memberi  petunjuk kepada orang yang   dikehendaki-Nya. Dan  Allah lebih mengetahui  orang-orang yang mau   menerima petunjuk” (Al  Qashash [28]: 56).
Satu-satunya doa yang diperbolehkan untuk orang kafir yang masih hidup adalah doa agar mereka dapat petunjuk untuk masuk Islam:
Do’a   Rasulullah SAW kepada orang Non  Muslim:”Ya Allah berilah  petunjuk   kepada kaumku, karena sesungguhnya  mereka orang yang tidak  mengerti”   (Sirah Nabawiyah, Abul Hasan ali An  Nadwi). Atau do’a  Rasululah SAW   kepada Umar Bin Khaththab ketika masih  kafir:”Ya Allah,  berilah   kemuliaan kepada Islam dengan masuk Islamnya  salah satu orang  terkasih   kepada-Mu, yakni Abu Jahal atau Umar Bin  Khaththab”.
Ada ulama yang membolehkan mengucapkan salam dengan dalil di bawah:
“Dan   kesejahteraan semoga dilimpahkan  kepadaku, pada hari aku dilahirkan,   pada hari aku meninggal dan pada  hari aku dibangkitkan hidup kembali.”   [Maryam 33]
Namun  kita harus paham bahwa itu adalah  ucapan  Nabi Isa yang berdoa semoga  keselamatan dilimpahkan padanya  pada hari  beliau dilahirkan, meninggal,  dan saat dibangkitkan kembali.   Bukan  setiap tanggal 25 Desember yang  memakai tahun Masehi karena  ummat  Islam memakai kalendar Hijriyah. Dan  Nabi serta para sahabat tak   pernah mengucapkan Selamat Natal.
Selain  itu, harusnya cukup  berdoa  kepada Allah agar melimpahkan keselamatan  kepada Nabi  Isa.  Bukan  memberi ucapan Selamat Natal kepada kaum Nasrani  yang kita tahu   merayakan kelahiran Tuhan mereka.
Selain  itu, mengucapkan  Selamat Natal  atas kelahiran Nabi Isa pada tanggal 25  Desember juga  salah waktu.  Sebab Nabi Isa AS tidak lahir pada tanggal 25  Desember,  beliau lahir di  musim panas saat kurma berbuah, sebagaimana  isyarat di  dalam ayat  Al-Quran saat Ibunda Maryam melahirkannya di bawah  pohon  kurma. Saat  itu Allah SWT berfirma kepadanya:
“Dan  goyanglah  pangkal pohon kurma itu  ke arahmu, niscaya pohon itu akan  menggugurkan  buah kurma yang masak  kepadamu” (QS. Maryam: 25)
Bahkan   sebagian orang Kristen sendiri  menyatakan bahwa tanggal 25 Desember   bukanlah hari kelahiran Yesus.  Tapi itu adalah hari perayaan kaum   Romawi, Solstice Day, yang merayakan  hari kelahiran Dewa Matahari:
http://id.wikipedia.org/wiki/Natal
Jadi keliru sekali jika ada ummat Islam yang mengucapkan Selamat Natal pada tanggal 25 Desember.
Ada ulama yang menghalalkan mengucapkan selamat natal dengan dalil “Berbuat Baik”:
“Allah   tidak melarang kamu untuk  berbuat baik dan berlaku adil terhadap   orang-orang yang tiada  memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu   dari negerimu.  Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku   adil.”  (QS.  Al-Mumtahanah:
Ayat  ini turun pada Asma’ binti Abi   Bakr ra, di mana ibundanya –Qotilah binti  ‘Abdil ‘Uzza- yang musyrik   dan ia diperintahkan oleh Rasulullah SAW  untuk tetap menjalin hubungan   dengan ibunya.[Zaadul Masiir, Ibnul  Jauziy]. Jadi bukan untuk   mengucapkan Selamat Natal.
Padahal  berbuat baik di atas adalah   berbuat baik selama kita tidak bermaksiat  kepada Allah. Jangankan   terhadap orang biasa, terhadap orang tua saja  meski kita harus berbuat   baik, tapi jika durhaka kepada perintah Allah  haram bagi kita untuk   mematuhi mereka.
Berbuat  baik itu bukan berarti kita  ikut ridho  dan mengucapkan selamat atas  kekafiran mereka. Islam memang  menghargai  kebebasan beragama. Laa ikraha  fid diin. Tak ada paksaan  dalam  beragama. Tapi dalam hal aqidah, tidak  bisa dicampur aduk.  Sebagai  contoh Nabi pernah ditawari kekayaan,  wanita, dan juga jabatan  sebagai  pemimpin Mekkah agar tidak  menjelek-jelekkan Tuhan (Berhala)  kaum  kafir Quraisy dan bergantian  menyembah Tuhan. Nabi menyembah Tuhan   Quraisy setahun, dan kaum kafir  Quraisy menyembah Allah selama   setahun. Jika mengikuti ajakan kaum kafir  tersebut, memang kita berbuat   baik kepada mereka. Tapi kafir kepada  Allah. Akhirnya Allah  menurunkan  surat Al Kaafiruun yang menegaskan  tidak ada toleransi  dalam hal  Aqidah:
Dalam  suatu riwayat dikemukakan bahwa   kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Nabi  saw. dengan menawarkan  kekayaan  agar beliau menjadi seorang yang paling  kaya di kota Makkah,  dan akan  dikawinkan dengan yang beliau kehendaki.  Usaha ini  disampaikan dengan  berkata: “Inilah yang kami sediakan bagimu  hai  Muhammad, dengan syarat  agar engkau jangan memaki-maki tuhan kami  dan  menjelekkannya, atau  sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun.”  Nabi  saw menjawab: “Aku  akan menunggu wahyu dari Tuhanku.” Ayat ini   (S.109:1-6) turun berkenaan  dengan peristiwa itu sebagai perintah untuk   menolak tawaran kaum  kafir. Dan turun pula Surat Az Zumar ayat 64   sebagai perintah untuk  menolak ajakan orang-orang bodoh yang menyembah   berhala.
(Diriwayatkan oleh at-Thabarani dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Dalam  riwayat lain dikemukakan bahwa  al-Walid bin al-Mughirah,  al-’Ashi bin  Wa-il, al-Aswad bin Muthalib dan  Umayyah bin Khalaf bertemu  dengan  Rasulullah saw dan berkata: “Hai  Muhammad! Mari kita bersama  menyembah  apa yang kami sembah dan kami  akan menyembah apa yang engkau  sembah  dan kita bersekutu dalam segala  hal dan engkaulah pemimpin kami.”  Maka  Allah menurunkan ayat ini  (S.109:1-6)
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa’id bin Mina.)
Inilah surat Al Kaafiruun ayat 1-6:
Katakanlah: “Hai orang-orang kafir,
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”
Tegas bukan? Tidak pernah Nabi mengucapkan: “Selamat Menyembah Berhala”
Dan   jika ada yang membolehkan  mengucapkan selamat Natal bagi Muslim yang   tinggal di daerah yang  mayoritas Kristen, itu tak sesuai sunnah Nabi.   Meski Nabi saat itu di  Mekkah merupakan minoritas, tapi oleh Allah  tetap  bersikap tegas.
Berbuat  baik itu adalah dengan  mengatakan  yang benar itu benar, dan salah itu  salah. Orang yang salah,  kita  beritahu yang benar. Jadi mereka bisa jadi  benar. Bukan justru   didukung untuk terus tetap berbuat salah.
Dalil lainnya lagi adalah jika diberi penghormatan atau salam, hendaklah memberi penghormatan yang lebih baik lagi:
وإذا حييتم بتحية فحيوا بأحسن منها أو ردوها
“Apabila   kamu diberi penghormatan  dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah   penghormatan itu dengan yang  lebih baik dari padanya, atau balaslah   penghormatan itu. Sesungguhnya  Allah memperhitungankan segala sesuatu.”   (QS. An-Nisa’: 86)
Padahal  ayat di atas berkenaan dengan   ucapan “Assalamu’alaikum” yang diucapkan  oleh sesama Muslim yang wajib   dibalas dan bahkan lebih baik lagi dengan  ucapan “Wa’alaikum salam wa   rohmatullahi wa barokatuhu”. Bukan ucapan  “Selamat Natal” oleh orang   musyrik kemudian kita balas lagi. Ayat  selanjutnya membantah hal itu:
“Allah,   tidak ada Tuhan (yang berhak  disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia   akan  mengumpulkan kamu di hari  kiamat, yang tidak ada keraguan   terjadinya. Dan  siapakah orang yang  lebih benar perkataan(nya) dari   pada Allah ?” (QS. An-Nisa’: 87)
Bagaimana  mungkin kita  mengucapkan  Selamat kepada orang yang tengah mengingkari  ayat di atas  dengan  menyembah Tuhan selain Allah?
Jadi  sekali lagi, Hari  Natal adalah  satu Syiar Agama Kristen di mana  mereka  saat itu  merayakan hari  lahirnya Tuhan mereka: Yesus. Syirik itu  adalah  dosa  terbesar yang  tidak diampuni oleh Allah SWT. Tak pernah ada   sunnah  Nabi dan para  sahabat mengucapkan Selamat Natal kepada ummat   Kristen  saat itu.  Sebaliknya dalam Al Qur’an disebutkan bahwa Nabi  mengajak  utusan  Nasrani Najran untuk bermubahalah ketika kaum Nasrani  ngotot  bahwa Isa  itu adalah Tuhan. Kutukan Allah akan menimpa kaum  Nasrani  jika mereka  berdusta. Dan kaum Nasrani tak berani menerima  tantangan  itu:
“Sesungguhnya  misal (penciptaan) Isa di  sisi AllAh,  adalah seperti (penciptaan) Adam.  Allah menciptakan Adam  dari tanah,  kemudian Allah berfirman kepadanya:  “Jadilah” (seorang  manusia), maka  jadilah dia.
(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang  benar, yang datang dari   Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk  orang-orang yang  ragu-ragu.
Siapa yang membantahmu tentang kisah  Isa sesudah datang ilmu (yang   meyakinkan kamu), maka katakanlah  (kepadanya): “Marilah kita memanggil   anak-anak kami dan anak-anak  kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri   kamu, diri kami dan diri  kamu; kemudian marilah kita bermubahalah  kepada  Allah dan kita minta  supaya la’nat Allah ditimpakan kepada  orang-orang  yang dusta
Sesungguhnya  ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak   disembah)  selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha   Perkasa lagi  Maha Bijaksana .
Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesunguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.
Katakanlah:  “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat   (ketetapan)  yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa   tidak kita  sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan   sesuatupun  dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain   sebagai  tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling maka katakanlah   kepada  mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah   diri  (kepada Allah).” [Ali 'Imran 59-64]
“Mereka  menjadikan  orang-orang alimnya  dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan  selain  Allah[639] dan (juga mereka  mempertuhankan) Al Masih putera  Maryam,  padahal mereka hanya disuruh  menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada  Tuhan  (yang berhak disembah) selain  Dia. Maha suci Allah dari apa yang   mereka persekutukan.” [At Taubah  31]
[639]. Maksudnya: mereka  mematuhi  ajaran-ajaran orang-orang alim dan  rahib-rahib mereka dengan  membabi  buta, biarpun orang-orang alim dan  rahib-rahib itu menyuruh  membuat  maksiat atau mengharamkan yang halal.
Sesatnya kaum  Yahudi dan Nasrani karena  mereka mengikuti ulama mereka  membabi-buta.  Kita jangan taqlid pada  ulama seperti mereka. Pegang  teguh Al Qur’an  dan Hadits. Ikutilah ulama  yang lurus yang berpedoman  pada Al Qur’an  dan hadits. Bukan yang  menyimpang dan sesat.
Dari berbagai ayat  Al Qur’an mau pun  hadits di atas, jelaslah bahwa  argumentasi  orang-orang yang  menghalalkan ucapan Selamat Natal itu tak  memiliki  dalil Al Qur’an dan  Hadits yang kuat. Karena berdasarkan dalil  yang  mereka pakai, tak  pernah Nabi, para sahabat, tabi’in, serta Imam   Madzhab mengucapkan  Selamat Natal. Bahkan Nabi justru mengajak mereka   bermubahalah:
“Siapa  yang membantahmu tentang kisah  Isa sesudah  datang ilmu (yang  meyakinkan  kamu), maka katakanlah  (kepadanya):  “Marilah kita memanggil  anak-anak  kami dan anak-anak  kamu,  isteri-isteri kami dan isteri-isteri  kamu,  diri kami dan diri  kamu;  kemudian marilah kita bermubahalah kepada   Allah dan kita minta  supaya  la’nat Allah ditimpakan kepada orang-orang   yang dusta” [At  Taubah  61]
Nabi tidak mengucapkan Selamat Natal. Justru mengajak mereka kembali ke jalan yang lurus!
“Dan   janganlah kamu mengikuti apa yang  kamu tidak mempunyai pengetahuan   tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,  penglihatan dan hati, semuanya  itu  akan diminta pertanggungan  jawabnya.” [Al Israa' 31]
Yang aku takuti terhadap umatku ialah pemimpin-pemimpin yang menyesatkan. (HR. Abu Dawud)
Celaka atas umatku dari ulama yang buruk. (HR. Al Hakim)
Seorang   ulama yang tanpa amalan seperti  lampu membakar dirinya sendiri  (Berarti  amal perbuatan harus sesuai  dengan ajaran-ajarannya). (HR.  Ad-Dailami)
“Orang-orang  Yahudi dan Nasrani tidak  akan senang  kepada kamu hingga kamu mengikuti  agama mereka. Katakanlah:   “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk  (yang benar)”. Dan   sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka  setelah pengetahuan   datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi  pelindung dan penolong   bagimu. ” [Al Baqarah 120]
Kaum  Nasrani memang tidak akan senang   dengan ummat Islam hingga kita  mengikuti mereka. Tapi hendaknya kita   tetap lurus. Jika ada hal yang  syubhat/samar di mana ada yang bilang   haram dan yang lain bilang halal,  hendaklah kita tinggalkan yang   syubhat. Insya Allah akan selamat. Selain  itu karena Nabi dan Sahabat   tak pernah mengucapkan Selamat Natal kepada  kaum Nasrani meski dulu   kaum Nasrani sudah ada, maka mengucapkannya  adalah Bid’ah. Dan Bid’ah   itu adalah sesat (HR Muslim).
Jadi marilah kita tetap lurus di jalan yang lurus  dengan mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW.
Mohon sebarkan ini ke yang lain.


