penulis buku "ayat-ayat setan" Salman Rushdie
Pendahuluan
Tanpa terasa, fatwa hukuman mati Salman Rushdi
yang dikeluarkan oleh Imam Khomeini telah berumur 18 tahun. Pada masa
dikeluarkannya fatwa tersebut tidak ada yang membayangkan Imam Khomeini
akan menyikapi buku Ayat-ayat Setan sekeras itu. Karena pada waktu itu,
Iran baru saja menerima resolusi PBB nomor 598 yang berarti gencatan
senjata dengan Irak. Dengan itu, Iran tentu disibukkan dengan usaha
untuk melakukan perdamaian.
Semua lupa akan prinsip-prinsip
berpikir Imam Khomeini. Pikirannya melewati batas-batas teritorial Iran
dan orang-orang Iran. Imam Khomeini dalam segala urusannya hanya untuk
Allah dan agama. Ia senantiasa berusaha untuk itu dan tidak pernah
menunjukkan keletihan dalam masalah ini. Ketika Imam Khomeini mengetahui
isi buku Ayat-ayat setan, ia langsung menciap kebatilan buku ini. Ada
rencana di balik penerbitan buku itu. Itulah yang membuat beliau
mengeluarkan fatwa bersejarahnya.
Lebih jauh tentang Salman Rushdi
Salman
Rushdi lahir di kota Devanegari, Bombai India pada tanggal 19 Juni
1947. Setelah Pakistan berdiri sendiri, ia bersama keluarganya pindah ke
Karachi dan setelah itu berimigrasi ke Inggris. Ia ke Inggris ketika
berumur 13 tahun dan menyelesaikan sekolahnya di sana. Setelah
menyelesaikan kuliahnya di jurusan sejarah di universitas Cambridge, ia
kembali ke Pakistan. Dengan menulis artikel selama di Inggris, ia dapat
membayar sebagian biaya sekolahnya sendiri. Akhirnya ia pindah warga
negara Inggris.
Tujuh tahun setelah menulis artikel ia akhirnya
berhasil menulis novel berjudul Midnight’s Children tahun 1981. Dengan
buku itu ia mendapat hadiah sastra Inggris Booker Prize. Buku ini isinya
mengkritik perlawanan rakyat India untuk merdeka dari tangan Inggris.
Sekitar setengah juta naskah terjual. Pada tahun 1983 ia menulis buku
Shame tentang kondisi Pakistan. Buku The Jaguar Smile: A Nicaraguan
Journey 1987 adalah hasil dari perjalanan 3 minggunya ke Nikaragua.
Gaya
penulisannya adalah Realisme, namun dengan mengubah semua tokoh asli
begitu juga tempat kejadian. Gaya penulisannya tidak mengikuti pakem
yang ada selama ini. Dengan ini ia sesuka hati ia menulis apa saja dan
menisbatkannya kepada siapa saja yang disukainya. Bukunya yang paling
menyedot perhatian adalah The Satanic Verses yang dikenal dengan nama
Ayat-ayat Setan. Buku ini ditulisnya pada tahun 1988.
Latar belakang penulisan buku Ayat-ayat Setan
Menganalisa
cara berpikir Salman Rushdi dapat lacak dari keluarganya. Ibunya adalah
seorang penari bernama Vanita. Pada masa remajanya ia disukai oleh
seorang pemuda bernama Raju. Vanita beberapa kali lewat Salim Khan,
gubernur Bombai, melakukan penghinaan terhadap masjid. Pernah ia
meletakkan kepala babi di undak-undakan masjid kemudian lari
menyembunyikan dirinya. Ia juga pernah membakar upacara orang-orang
Hindu dan menyebarkan bahwa itu dilakukan oleh kaum muslimin. Setiap
kali ia melakukan penghinaan, ia mendapat bayaran dari Salim Khan.
Rupanya
Salim Khan juga tertarik dengan Vanita dan hendak mempersuntingnya.
Sebagai jawabannya ia menjawab: “Aku menikah karena uang dan kalau
engkau punya uang aku menjadi milikmu”. Setelah setuju, ia akhirnya
menikah dan dibawa ke istana. Ia menghabiskan malamnya di istana Lord
William dan sejak malam itu, ia tidak keluar-keluar dari istana.
Ketika
Lord William dipanggil untuk kembali ke Inggris, ia berkata kepada
Vanita: “Aku punya istri di Inggris dan ayahnya punya pengaruh kuat di
sana. Aku tidak dapat membawamu ke sana”. Lord William pergi. Vanita
kembali ke pelukan Raju yang masih menantinya. Setelah Vanita melahirkan
anaknya ia meninggal. Raju membawa anak itu dan meninggalkannya di
masjid. Seorang bernama Safdar menemukan bayi tersebut dan membawanya
pulang ke rumahnya. Ia kemudian memberinya nama Salman. Ia besar di
keluarga muslim.
Semenjak kecilnya ia terkenal nakal. Pada umur
tiga belas tahun ia sudah tiga belas kali ditahan polisi. Pada masa itu,
istri Lord William meninggal. Karena tidak punya anak dari istrinya, ia
kemudian mengingat Vanita dan anaknya. Ia mengirim surat kepada Salim
Khan untuk menemukan anaknya. Lewat Raju, Lord William menemukan Salman.
Ketika tahu bahwa dia adalah anak dari seorang perwira inggris, ia
sangat senang. Ia kembali ke rumah. Di rumah ia menemukan ibu angkatnya
tengah menunaikan salat. Ketika sujud, ia menginjak kepala ibu angkatnya
sehingga kepalanya terluka. Ia keluar dari rumah dan kemudian berangkat
ke Inggris.
Ia kemudian di masukkan asrama melanjutkan
sekolahnya di Inggris. Di sana ia berkenalan dengan Umar anak Mesir.
Mereka kemudian menjalin percintaan dan sepakat untuk menikah. Mereka
akhirnya membuka ajaran-ajaran agama yang memperbolehkan perkawinan
sesama jenis. Mereka tidak menemukan ajaran yang memperbolehkan. Ketika
Madame Rosa ibu asrama mengetahui gelagat ini, ia menyurati ayah Umar
yang berpangkat jenderal. Ayahnya datang untuk membawa anaknya pulang ke
Mesir. Umar yang begitu cinta kepada Salman akhirnya membakar dirinya.
Setelah Umar meninggal, Salman sangat terpukul dan memutuskan untuk
membalaskan dendamnya terhadap agama-agama.
Ayat-ayat Setan
Salman
Rushdi menulis banyak buku. Bila jeli melihat karangan-karangannya,
kebanyakan isinya menghina agama dan keyakinan masyarakat setempat.
Dalam bukunya Grimus (1975), secara terang-terangan ia menghina
keyakinan orang-orang India. Buku Shame (1983) ditulisnya juga dengan
isi yang sama.
Midnight’s Children (1981) ditulis mengkritik
perjuangan rakyat India untuk mendapatkan kemerdekaannya dari Inggris.
Bukunya The Jaguar Smile: A Nicaraguan Journey (1987) terkait dengan
situasi politik di Nikaragua dan keyakinan masyarakatnya.
Puncak
penghinaannya terhadap agama dengan menulis novelnya yang berjudul The
Satanic Verses (1988). Ia menulis buku ini pada usia 47 tahun. Sebelum
ia menulis buku ini, ia ikut hadir dalam sebuah pertemuan yang bermaksud
untuk menghancurkan agama tidak lagi dengan senjata, tapi dengan
tulisan. Tujuan itu terealisasikan dengan diterbitkannya buku ini.
Untuk
pertama kalinya ketika dicetak dalam 547 halaman. Buku ini dicetak oleh
penerbit Viking anggota jaringan penerbit Penguin. Salman Rushdi
menulis buku ini karena pesanan pimpinan Viking, seorang Yahudi, dengan
bayaran gila-gilaan 850 ribu pound.
Buku Ayat-ayat Setan bukanlah
buku ilmiah, melainkan hanya sekedar fantasi penulis. Sekalipun
demikian, penghinaannya terhadap keyakinan yang disucikan oleh kaum
muslimin tidak dapat dibiarkan begitu saja.
Untungnya, Imam
Khomeini cepat tanggap rencana besar dibalik penerbitan buku ini. Beliau
kemudian mengeluarkan fatwa hukuman mati yang bersejarah. Fatwa ini
membuat skenario besar itu prematur. Umat Islam tersadar dan ini membuat
Barat lebih berhati-hati. Inggris sebagai pembela nomor satu Salman
Rushdi mencoba menekan Iran dengan ancaman ekonomi dan politik agar Imam
Khomeini menarik kembali fatwanya. Tidak cukup itu saja, dengan
menggerakkan 12 negara lainnya mereka kemudian memburukkan citra Iran
dan Imam Khomeini.
Di balik tekanan dari negara-negara Barat,
keteguhan Imam Khomeini membuat mereka lelah dan kemudian pasif
menerima. Di sisi lain, ini seperti meniupkan semangat baru ke dalam
dunia Islam. Penerbit buku Ayat-ayat Setan, Viking, langsung
mengeluarkan pernyataan: “Penerbit dan penulis tidak punya maksud
menyakiti kaum muslimin. Kami sangat menyesal dengan kejadian ini.
Penerbitan buku Ayat-ayat Setan dilakukan karena ditulis oleh seorang
penulis top dan isinya fiktif. Penerbitannya karena menghormati
kebebasan berekspresi. Salah satu prinsip demokrasi”.
Salman Rushdi sendiri dalam wawancaranya dengan CBS mengatakan:
“Buku
ini punya dua khayalan yang coba saya hubungkan dengan munculnya sebuah
agama yang mirip dengan Islam. Tapi ini sebuah Islam khayalan. Tokoh
yang berkhayal dalam buku itu, pada intinya akalnya telah hilang, gila.
Bila seorang berkhayal semacam ini, sangat aneh bila tulisan ini
dianggap menghina Islam. Sama sekali saya tidak berniat itu”.
Sempat
muncul bisik-bisik di Iran, bahwa bila Salman Rushdi bertobat, mungkin
saja tobatnya diterima. Namun, hal ini ditolak oleh kantor Imam
Khomeini. Bahkan disebutkan seandainya Salman Rushdi kemudian menjadi
orang paling zuhud di muka bumi pun, membunuhnya adalah wajib.
Hukuman mati telah dihapus?
Imam Khomeini pada tahun itu juga, 1987, berbicara di hadapan para rohaniwan:
“Masalah
buku Ayat-ayat Setan adalah rencana yang telah disiapkan dengan baik
untuk menghancurkan akar ajaran Islam dan keberagamaan umat Islam.
Puncak dari semua itu adalah Islam dan rohaniwan”.
Ketika fatwa
Imam Khomeini tidak lagi diulang-ulangi, Barat mulai berani mengeluarkan
isu bahwa fatwa Imam telah ditarik kembali. Isu ini dimunculkan tidak
hanya sekali, tetapi dimuat berulang-ulang. Ayatullah sayyid Ali
Khamene’i bereaksi dengan keras.
Pada musim haji dua tahun lalu beliau mengeluarkan pernyataan:
“Hukuman
mati yang dikeluarkan oleh Imam Khomeini terhadap Salman Rushdi
berlandaskan ayat-ayat al-Quran. Sebagaimana ayat-ayat lain yang kokoh
dan tidak dapat dihapus, hukum ini tetap dan tidak dapat dihapus”.
Penutup
Penghinaan
terhadap Nabi Muhammad saw tidak pernah berhenti di Barat. Benar, Imam
Khomeini pernah mengeluarkan fatwa hukuman mati atas Salman Rushdi.
Namun, penghinaan terhadap Nabi Islam, Muhammad saw tidak pernah
selesai. Permusuhan Barat terhadap Islam masih tetap berlangsung.
Pemuatan karikatur yang menghina Nabi Muhammad saw di Denmark masih satu
jalur dengan Ayat-ayat Setan Salman Rushdi. Sekalipun didemo di
mana-mana, masih saja di sebagian negara-negara seperti Inggris,
Azerbaijan dan terakhir Prancis yang proses pengadilannya tengah
berlangsung, melakukan penghinaan.
Masihkah Barat tidak ingin
mengambil pelajaran dari fatwa ulama Islam seperti Imam Khomeini? Bila
ditanya, mengapa kalian melindungi dan membiarkan orang-orang menghina
keyakinan orang lain? Jawabannya adalah kebebasan berekspresi. Kebebasan
berekspresi yang selalu dijajakan untuk menghina keyakinan orang lain.
Pertanyaannya, adakah kebebasan yang memperbolehkan menghina keyakinan
orang lain?.[]